HomeBlogUncategorized5 Produk Yang Paling Sering Terkena Pemalsuan & Dampaknya

5 Produk Yang Paling Sering Terkena Pemalsuan & Dampaknya

Counterfeit product

Counterfeit product atau produk palsu belakangan menyadari keinginan serta pola membeli konsumen dengan lebih baik. Untuk itu, muncullah beberapa produk palsu yang serupa dengan produk asli bermunculan di pasaran demi memenuhi keinginan membeli konsumen. 

Harga yang murah dan tentunya kemiripan modelnya membuat konsumen tertarik untuk membelinya untuk sekedar menarik perhatian orang lain atau demi untuk mengikuti trend.

Produk apa saja yang berpotensi mengalami pemalsuan barang? Mari kita bahas bersama dalam artikel berikut ini. 

  1. Alas kaki (Sepatu & Sandal) 

Produk alas kaki seperti sepatu ataupun sandal adalah salah satu incaran untuk dipalsukan.

Aneka desain yang menarik serta sepatu yang mewah membuat konsumen menjadi lebih konsumtif dan menunggu peluncuran produk baru dari sepatu favoritnya. 

Berdasarkan angka yang diterbitkan oleh OECD pada tahun 2016, industri alas kaki menyumbang sebesar 22% dari produk palsu yang disita oleh bea cukai dan membuatnya menjadi salah satu produk yang paling banyak dibajak. 

Terdapat beberapa alasan mengapa produk alas kaki menjadi produk pemalsuan paling banyak, yaitu:

  • Permintaan pada produk yang berorientasi merek dan nama yang menarik dapat dengan mudah muncul di e-commerce dan pasar media sosial 
  • Produk alas kaki kerap kali meledak karena dukungan dari para influencer, tokoh olahraga dan artis lainnya. Biasanya konsumen akan membeli produk tersebut untuk menunjukkan kecintaannya pada idola mereka ataupun sekedar ingin memiliki barang yang serupa dengan yang dimiliki idolanya.
  • Target utama dari produk alas kaki adalah rentang usia 15 hingga 35 tahun. Pada kelompok usia ini cenderung lebih tertarik membeli produk yang terbaru untuk mencari perhatian dan pujian dari masyarakat sosial. 
  1. Pakaian

Pembelian pakaian oleh konsumen sering terjadi, terutama di kalangan warga kelas pekerja yang rata-rata membeli pakaian 3 hingga 4 kali setahun, walaupun mereka sering melakukan window shopping. Umumnya, mereka memilih membeli pakaian dari toko resmi atau toko serba ada. 

Namun, saat melakukan window shopping, konsumen mencari produk dengan harga terjangkau agar tidak mengeluarkan banyak uang. Inilah tempat di mana pasar produk palsu beroperasi, menyediakan tiruan, imitasi, dan produk ilegal dengan harga murah, menarik konsumen yang terburu-buru untuk segera membeli barang palsu tersebut.

Industri pakaian fashion memiliki daya tarik bagi konsumen dari berbagai kelompok usia, terutama karena harga merek kelas atas yang sangat mahal, sehingga pembelian produk alternatif yang lebih terjangkau menjadi pilihan menarik. 

Menurut studi OECD pada tahun 2016, 16% dari produk yang disita termasuk dalam kategori pakaian, dengan sebagian besar merupakan tiruan dari merek terkenal seperti Gucci, Balenciaga, Fendi, Adidas, dan lainnya, yang dapat merusak citra merek-merek tersebut secara signifikan.

  1. Produk Kulit

Tas kulit wanita mendominasi pangsa pasar kulit palsu dengan hampir 70% penjualan, sementara ikat pinggang, dompet, dan dompet menyumbang sekitar 20%, mencapai nilai sekitar 1,2 miliar. 

Meskipun demikian, kesadaran masyarakat tentang dampak lingkungan dan perlindungan hewan telah mendorong perusahaan untuk beralih ke produksi kulit sintetis atau produk kulit vegan. 

Sayangnya, para pemalsu yang cerdik tetap mengejar pasar ini dengan memproduksi kulit sintetis palsu, meniru merek terkenal dan menawarkan kualitas di bawah standar.

  1. Peralatan Elektronik 

Perkembangan teknologi telah memberikan dampak besar pada diversifikasi peralatan listrik, termasuk perangkat genggam, peralatan rumah tangga, dan komponen listrik. 

Seiring konsumen yang semakin mampu berbelanja melalui e-commerce dan media sosial, permintaan terhadap peralatan listrik cenderung meningkat, meskipun risiko perdagangan produk palsu tetap menjadi kekhawatiran utama, terutama dalam era digitalisasi yang terus berkembang.

  1. Jam Tangan 

Penggemar jam tangan dan arloji di seluruh dunia tertarik pada nilai jual kembalinya yang tinggi, terutama dari merek terkenal seperti Rolex, Omega, Titan, dan Jaeger-LeCoultre.

Meskipun begitu, mahalnya koleksi tersebut membuat konsumen mencari alternatif palsu yang mirip dengan impian mereka. 

Sebagai hasilnya, banyak jam tangan dan arloji palsu muncul di pasaran, menyebabkan hampir 7% dari total barang disita, seperti yang diungkapkan dalam laporan OECD tahun 2016.

Bagaimana Dampaknya Pada Bisnis?

Pemalsuan produk memiliki dampak serius pada merek-merek terkait, termasuk jam tangan, produk elektronik, produk kulit, dan industri fashion. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

Rusaknya Reputasi Merek:

Pemalsuan dapat merusak reputasi merek karena konsumen mungkin membeli produk palsu tanpa menyadarinya. Jika produk palsu tersebut berkualitas rendah atau mengecewakan, hal ini dapat menciptakan persepsi negatif terhadap merek asli.

Penurunan Kepercayaan Konsumen:

Konsumen dapat kehilangan kepercayaan pada merek jika mereka sering menemui produk palsu di pasaran. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan loyalitas konsumen dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka di masa depan.

Kerugian Finansial:

Merek asli mengalami kerugian finansial signifikan karena penjualan produk palsu yang mengurangi pendapatan mereka. Selain itu, merek tersebut mungkin harus mengeluarkan dana tambahan untuk melawan pemalsuan dan melindungi hak kekayaan intelektual mereka.

Ancaman Keselamatan Konsumen:

Produk palsu sering kali tidak memenuhi standar kualitas dan keamanan yang dijaga ketat oleh merek asli. Konsumen dapat mengalami masalah kesehatan atau keamanan yang serius karena menggunakan produk palsu yang tidak diuji atau disertifikasi dengan baik.

Penurunan Nilai Merek:

Kemunculan produk palsu dapat menurunkan nilai eksklusif dan prestise merek. Merek-merek yang dianggap prestisius dan mewah mungkin kehilangan daya tariknya jika produk palsu dengan kualitas yang lebih rendah dengan mudah dapat diakses oleh konsumen.

Dampak Ekonomi dan Pajak:

Pemalsuan produk dapat memberikan dampak negatif pada perekonomian dan pendapatan pajak. Merek-merek yang menjadi korban pemalsuan dapat kehilangan pendapatan yang seharusnya disumbangkan ke perekonomian dan anggaran pemerintah.

Penting untuk merek-merek ini untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam melawan pemalsuan, termasuk penggunaan teknologi keamanan, edukasi konsumen, dan kerja sama dengan pihak berwenang untuk menanggulangi masalah ini.

SECQURE: Solusi Anti-Pemalsuan Produk untuk Meningkatkan Loyalitas Pelanggan dan Revenue Bisnis

SEQCURE adalah solusi bagi industri B2C untuk mengamankan keaslian produk dan menjaga loyalitas serta kepercayaan pelanggan dalam menggunakan produk dari brand Anda.

Dengan kode QR yang dibuat secara khusus pada setiap kemasan produk Anda, Seqcure tidak hanya dapat menjaga keaslian produk tetapi juga memberikan Anda insight terbaik untuk mengenal customer dengan lebih baik. 

Tentunya data customer ini dapat Anda gunakan untuk menyusun strategi marketing terbaik untuk meningkatkan revenue bisnis dan membentuk strategi pemasaran Anda. Secqure adalah game changer untuk bisnis Anda di masa kini. 

SECQURE tidak hanya menjamin keaslian produk Anda tetapi juga memberikan analisis data pelanggan yang mendalam.

Informasi ini sangat berharga untuk mengembangkan strategi marketing yang lebih tepat sasaran, memperkuat hubungan dengan pelanggan, dan akhirnya meningkatkan pendapatan bisnis Anda.

Sudah siap untuk melindungi brand Anda bersama Secqure? Mari jadwalkan konsultasi bersama tim terbaik Secqure pada link berikut ini: Jadwalkan Konsultasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *